09 June 2011

...sabar daLam menuntut iLmu...

sama-samalah kita mengambil pelajaran berdasarkan kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir...
----------------------------------------------------------------
Nabi Musa a.s. diperintah Allah untuk bertemu Nabi Khidir a.s.

Ketika Nabi Musa a.s. di atas perintah Allah berkhutbah dihadapan 12 suku Bani Israil sebagaimana tertulis di dalam Al-Quran, melalui Surah Al-Baqarah: Ayat 47

"Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmatKu yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan ingatlah pula bahawasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat."


Di tengah-tengah khutbahnya, ada salah seorang yang bertanya kepada Nabi Musa a.s. : " WAHAI NABI MUSA, SIAPAKAH ORANGNYA YANG PALING PANDAI SEKARANG INI?"

Nabi Musa a.s. menjawab," AKULAH ORANG PALING PANDAI DI ATAS BUMI INI."

Dengan pernyataan Nabi Musa inilah, Allah Maha Mendengar siapa yang berkata baik dizahir maupun di dalam hatinya.

Allah langsung menegur Nabi Musa a.s. 



Dengan firmanNya," MUSA, ANAA LI ABDAANI HUWA A'LAMU MINKA…"
ertinya :"Wahai Musa, Aku mempunyai hamba yang lebih pandai dari kamu…"

Seperti dipanah petir di siang hari Nabi Musa mendapat teguran Allah, dan dengan tunduk berkata," Di manakah kami dapat bertemu hambaMu yang lebih pandai dari aku?".

Kemudian Allah menjawab," HambaKu bisa ditemui di suatu tempat yang disebut MAJMA'AL BAHROIN".



Dari sinilah awal pencarian Nabi Musa a.s. untuk bertemu hamba Allah yang lebih pandai daripadanya yang kita kenal dengan nama Nabi Khidir.

Kisah Nabi Musa a.s. berguru kepada Nabi Khidir a.s.

Surah Al-Kahfi: Ayat 54

"Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah."

Nabi Musa a.s. bertanya kepada Tuhannya,"Ya Rabbii, kaifa lii bihii?"
Wahai Tuhanku bagaimanakah caranya aku menemui hambaMu yang lebih pandai dari aku itu…?.

Tuhan pun menjawab," Apabila kamu ingin bertemu hambaKu yang lebih pandai dari kamu maka dia tempatnya ada di Majma'al Bahroin itu adapun caranya yaitu kamu harus pergi ke sana, tetapi bawalah ikan yang telah mati (ikan laut) dan ikan itu kamu tempatkan dalam kepis (tempat ikan) dan jika sampai pada suatu tempat ikan tersebut menghilang dari tempatnya kerana hidup kembali, maka di situlah tempatnya hambaKu yang lebih pandai dari kamu."

Kemudian Nabi Musa melakukan persiapan untuk pergi ke suatu tempat yang belum pernah ia ketahui yang namanya adalah Majma'al Bahroin. Nabi Musa pun pergi ke pasar untuk membeli ikan laut yang akan dijadikan bekal dan petunjuk di mana tempatnya hamba Allah yang lebih pandai darinya. Setelah mendapatkan ikan dan bekal yang cukup maka Nabi Musa a.s. berangkat bersama seorang muridnya yang bernama Yusya. Yusya ditugaskan membawa bekal-bekal untuk perjalanan termasuk ikan yang ada dalam kepis.



Surah Al-Kahfi: Ayat 60
"Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya:"Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.""

Dari ayat itu Nabi Musa a.s. dan Yusya bertekad untuk berjalan meskipun bertahun-tahun melalui pantai.

Dekat pertemuan dua lautan itu ada sebuah batu besar "Shokhro" (kalau batu kecil Hasho, batu sedang Hajarun). Di situ ada sumber air "MAUL HAYAT" - Air yang bila mengenai sesuatu yang telah mati bisa hidup kembali. Inilah perjanjian yang mesti dipegang oleh Nabi Musa a.s. Pesan Allah jika sampai ditempat air yang bila mengenai ikan yang akan dijadikan lauk dan boleh hidup lalu berenang ke laut itulah tandanya Majma'al Bahroin sudah dekat.

Sejak pagi kedua anak manusia itu berjalan tiada hentinya, dibawah terik matahari pun terus dijalaninya demi suatu ketinggian di sisi Allah.

Nabi Musa a.s. pun beristirahat di balik bayangan batu besar Shokhro, dan terlelap tidur. Sedang pemuda Yusya tidak tertidur, ia menjaga Nabi Musa a.s. yang terlelap keletihan keduanya lupa makan bekal yang telah disiapkan. Pada saat Nabi Musa tertidur,Yusya mengalami kejadian ajaib. Ikan yang akan dijadikan lauk itu melompat ke air dan hidup lalu berenang ke tengah lautan.Yusha terpinga-pinga dengan kejadian ini.Yusha pun terlupa untuk menceritakan kejadian aneh ini kepada Nabi Musa a.s., sehingga keduanya terus berjalan kembali sampai jauh. Sampai suatu ketika Nabi Musa a.s teringat akan bekalan makanannya untuk dimakan maka dimintanya bekal yang dibawa olehYusya. Dan Yusya pun menceritakan tentang ikan yang secara aneh melompat ke laut dan berenang, sebagaimana dikhabarkan Allah dalam Al-Quran,



Surah Al-Kahfi: Ayat 61-64
"Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.


Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya:"Bawalah ke mari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih kerana perjalanan kita ini."

Muridnya menjawab,"Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali."


Musa berkata," Itulah tempat yang kita cari". Lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula."



Pertemuan Nabi Musa a.s. dengan Nabi Khidir a.s.

Surah Al-Kahfi: Ayat 65

"Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami."

Setelah Nabi Musa a.s. bersama Yusya berjalan menyusuri tapak kaki mereka akhirnya sampai kembali ke tempat batu besar Shokhro yang di dekatnya ada sumber air kehidupan (Maul Hayat) dan di dekat batu itu telah ada seorang hamba Allah yang dijanjikan bertemu dengan Nabi Musa a.s.


Padahal pada kali yang pertama datang d itempat itu bahkan sampai tertidur lama di tempat itu tidak melihat hamba Allah tersebut.

Orang itu adalah Bunya putra Malkan bin Amir. Amir putera dari Sholikh putera Arfakhsyad putera dari Syam bin Nabi Nuh a.s.. Bunya bin Malkan ini pada akhirnya dikenal oleh kita namanya Nabi Khidir, meskipun Al-Quran hanya menyebut secara umum " HambaKU diantara hambaKu yang telah mendapat RAHMAT khusus dan diajari Ilmu Allah langsung."

Setelah Nabi Musa a.s. bertemu dengan Bunya maka Nabi Musa menyampaikan salam,Nabi Musa berkata," Saya ini Musa". Bunya kembali menegaskan," Apakah kau Musa bani Israil…?" Musa jawab," Ya, saya Musa bani Israil…" Bunya bertanya lagi," Musa ?, Bukankah kamu itu orang yang di Bani Israil orang sangat sibuk mengurus umat yang begitu banyak ? mengapa sampai disini ?"


Musa menjawab,"Wahai hamba Allah, memang aku datang ke tempat kamu ini diperintah Tuhanku untuk menemui kamu. Kerana sesungguhnya Tuhanku menyuruh aku belajar Ilmu daripada kamu".

Setelah Musa berkata begitu, ada seekor burung menyahut air di lautan, lalu air itu menitis di hadapan Nabi Musa dan Bunya. Dan Bunya pun berkata, " Musa,…ilmu saya dan ilmu kamu serta ilmu seluruh manusia di bumi ini dari awal sampai akhir itu hanyalah seperti setitis air yang jatuh di hadapan kita dari burung tadi dibanding dengan air lautan yang terbentang di muka bumi ini. Dan kamu Musa bukankah pernah berkata bahwa INNAKA A'LAMU AHLAL ARDLI "Aku ini lebih pandai dari semua manusia di bumi.""


Mendengar perkataan yang tajam seperti di atas Nabi Musa a.s terdiam saja, karena dalam hatinya mengiyakan bahawa dirinya pernah berkata begitu,yang dengan itulah membuat Allah menyuruhnya belajar kepada Bunya di tempat ini.

Setelah Nabi Musa merasa yakin dengan orang yang ada dihadapannya adalah orang di maksud oleh Tuhannya maka Nabi Musa pun memohon keredhaan kepada Bunya untuk berguru kepadanya.



Surah Al-Kahfi: Ayat 66-69

"Musa berkata kepada Khidir: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"

Dia menjawab:"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.

Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"

Musa berkata:"InsyaAllah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun.""


Kemudian Nabi Musa bertanya, " Kalau aku sanggup mengikuti kamu, apakah persyaratannya ?"


Surah Al-Kahfi: Ayat 70
"Dia (Khidir) berkata:"Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.""


Perjalanan Nabi Musa bersama Hamba Allah yang bergelar Khidir

Maka setelah Nabi Musa sepakat dengan Bunya kedua-duanya pun berjalan menuju ke tepi laut. Sedang Yusya tidak ikut bersama Nabi Musa a.s. dan Nabi Khidir a.s..

Nabi Khidir membocorkan perahu

Keduanya naik kedalam perahu, yang kebetulan waktu itu ada perahu yang baru dan kuat sedang lewat, menyeberangkan orang-orang antara Lautan Asin ke Lautan Tawar, antara Lautan Persia ke Lautan Romawi. Rupanya pengemudi/nakhoda perahu itu mengetahui bahawa terlihat olehnya kedua orang Musa dan Bunya adalah orang-orang bijaksana, maka tidak perlu membayar wang perahu. Ketika kedua orang itu dipersilakan masuk dan duduk kemudian di hdalam perahu Bunya berkata kepada Musa dengan perkataannya, " Musa apakah kamu mau saya beritahu cerita tentang kata-kata hati kamu sekarang?" Musa menjawab, "Ya…" Kemudian Bunya alias Nabi Khidir berkata,"Hati kamu itu menggerutu dengan berkata,' Bahawa saya di Bani Israil tidak seperti ini, saya setiap hari pagi siang dan petang menghadapi ummatku dan saya diikuti,ditaati mereka. Setiap hari saya membaca kitab Taurat." Kemudian Nabi Musa berkata, " Ya, itulah apa yang saya katakan dalam hatiku". Demikian Nabi Khidir dianugerahi Allah boleh membaca/mendengar pembicaraan hati orang lain. 

Di tengah-tengah pelayaran naik perahu tanpa bayaran itu Nabi Khidir a.s. mengambil kapak dan papan kayu perahu dikapak sehingga airnya masuk ke dalam perahu.

Mengetahui hal itu Nabi Musa a.s. kehairanan  sekali dan berkata dalam hatinya, "Naik perahu sudah tidak membayar, mestinya bersyukur malah tangannya dibuat merusak perahu. Kalau perahu ini jadi satu-satu nya sumber pencaharian sipemiliknya kan jadi menyusahkan dan orang-orang yang dalam perahu itu bisa tenggelam semua. 



Surah Al-Kahfi: Ayat 71-73

"Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir melubanginya. Musa berkata:"Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar."

Dia (Khidir) berkata:"Bukankah aku telah berkata:"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku?""

Musa berkata:"Janganlah kamu menghukum aku kerana kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.""


Perbuatan ganjil kedua yang dilihat Nabi Musa a.s.


Dan permohonan Nabi Musa a.s pun dikabulkan atas pelanggaran persyaratan utama jika seseorang hendak belajar Ilmu khusus, yakni mesti bersabar untuk tidak bertanya jika mendapati sesuatu yang di luar hukum biasa.

Setelah turun dari kapal, Nabi Musa a.s. dan Nabi Khidir a.s keduanya berjalan sampai pada suatu kampung namanya AILAH,lalu dikampung itu Nabi Khidir a.s. dan Nabi Musa a.s. bertemu dengan seorang anak laki-laki kecil yang sedang bermain. Anak laki-laki kecil ini sedang bermain dengan 10 anak lainnya.


Di antara sepuluh anak itu ada seorang anak laki-laki yang kacak rupawan yang namanya diketahui adalah "KHASNUD" bapaknya bernama MALASUN dan ibunya bernama RAHMATUN. Anak kecil itu ketika sedang bermain dipegang dan dibunuhnya oleh Nabi Khidir a.s..

Nabi Musa a.s., yang telah faham hukum syariat/lahir pun sangat terkejut dan menahan diri untuk bertanya dengan lisannya dan berkata dalam hatinya, " Anak kecil yang belum punya dosa, belum baligh dibunuh?".

Begitulah di dalam batin Nabi Musa a.s. terjadi pertentangan hebat dengan apa yang selama ini dia ketahui, akhirnya Nabi Musa pun tidak bisa menahan suara batinnya. 



Surah Al-Kahfi: Ayat 74-75

"Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa berkata:"Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan kerana dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar."

Khidir berkata:"Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahawa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?""


Demikian Nabi Musa baru tersedar bahawa ia telah melanggar aturan belajar Ilmu Khusus.


Surah Al-Kahfi: Ayat 76
"Musa berkata:"Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah kali ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku.""


Dan Nabi Khidir masih memaafkan Nabi Musa dan memberikan kesempatan satu kali lagi sesuai permintaan Nabi Musa a.s..

Dan perjalananpun dilanjutkan ke kampung yang lain. Nabi Musa a.s. terus mengingat-ingat akan persyaratan belajar Ilmu pada Nabi Khidir a.s. dan dia tinggal punya satu kesempatan lagi.



Nabi Khidir menegakkan tembok yang hampir roboh

Kejadian ketiga ini dikisahkan setelah kedua hamba Allah itu berjalan sampai suatu kota yang diketahui bernama INTIQOYAH(dalam Qur'an disebut ATAYAA)

Ketika memasuki kota Intiqoyah Nabi Musa a.s. dan Nabi Khidir a.s. mendapati warga kota sedang menghidangkan makanan kepada para keluarganya. Padahal Nabi Musa a.s. dan Nabi Khidir a.s. habis berjalan jauh seharian dalam kondisi letih, lesu dan lapar dan lagi bekalan makanan telah habis selama perjalanan sebelumnya. Lalu Nabi Khidir mengajak Nabi Musa a.s. bertamu dan ternyata tak ada satupun warga kota yang menerimanya, ditolak. Tak ada warga kota yang mau ditamui.

Akhirnya kedua hamba Allah itu berjalan terus dari rumah ke rumah dan sampailah keduanya bertambah letih dan lesu maka keduanya istirahat di bawah bayangan tembok suatu rumah, di mana tinggi tembok itu 30 dziya' dan panjangnya 500 dziya' kondisinya sudah akan roboh.


Lalu Nabi Khidir a.s. mengajak Nabi Musa a.s. untuk menegakkan tembok yang akan roboh tersebut. Ketika Nabi Khidir a.s. mengajak Nabi Musa a.s. untuk menegakkan tembok itu, Nabi Musa berkata, " Semua warga kota ini menolak ditamui dan tidak memberi makanan pada kita, tidak berperikemanusiaan, tetapi mengapa temboknya orang-orang yang demikian akan ditegakkan pada kita dalam kondisi haus, lapar dan sangat letih. Kalau menegakkan dan diberi upah tidak apa-apa,bisa untuk menghilangkan lapar dan haus. Mestinya orang-orang warga kota yang seperti itu tidak perlu kita berbuat baik pada mereka,apa perlunya menegakkan tembok, sedang orang-orangnya sangat tega terhadap kita".




Surah Al-Kahfi: Ayat 77
"Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah  yang hampir roboh, maka Khidir menegakkan dinding itu. Musa berkata:"Jikalau kamu mau, nescaya kamu mengambil upah untuk itu.""

Mendengar perkataan Nabi Musa a.s. yang demikian Nabi Khidir tetap bekerja di atas rasa haus yang sangat dan lapar yang sangat lapar pula.



Nabi Khidir mengungkap rahsia di sebalik 3 peristiwa



Surah Al-Kahfi: Ayat 78
"Khidir berkata:"Inilah perpisahan antara aku dengan kamu;Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya."

Demikian pula Nabi Musa a.s. sangat sedar atas kesalahannya itu yang telah tanpa disedari berlaku tiga kali. Nabi Musa a.s. sangat cukup mendapat pelajaran dari perjalanan ini.

Kemudian Nabi Khidir a.s, mengungkapkan rahsia yang terkandung dalam peristiwa yang telah terjadi itu.


Surah Al-Kahfi: Ayat 79
"Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merosakkan bahtera itu, kerana di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera."


Sesungguhnya bahtera yang dirosak Nabi Khidir a.s. itu bukanlah kepunyaan orang satu, melainkan milik orang-orang miskin yang lebih dari satu yaitu 10 orang. Dan perahu itu merupakan warisan dari orang tuanya serta hanya itu kepunyaan satu-satunya sebagai sumber mata pencarian 10 orang bersaudara, yaitu hasil menyeberangkan orang dengan perahu itu. Adapun dari sepuluh orang bersaudara yang dapat bekerja hanya lima orang, dan yang lima orang lagi tidak dapat bekerja,sebab yang lima orang itu dalam keadaan cacat anggota.


Rahsia di sebalik periatiwa Nabi Khidir membunuh seorang anak


Surah Al-Kahfi: Ayat 80
"Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khuatir bahawa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran."

Anak muda yang dibunuh Nabi Khidir As atas perintah Tuhan (yang ia terima secara ghaib) adalah KHASNUD. Kampung di mana Nabi Khidir membunuh seorang anak muda adalah Kampung AILAH. Adapun nama bapanya anak itu adalah MALASUN dan ibunya bernama ROHMAH.


Bapanya seorang yang soleh dan ibunya juga seorang yang Solehah. Anak muda itu pekerjaan setiap malamnya adalah mencuri. Dan ketika hari telah pagi ditanya bapa atau ibunya ia menjawab," Sesungguhnya setiap malam saya ada di sini, bapak,ibu." Anak muda itu mengaku tidak mencuri atau tidak keluar rumah. Namun orang tuanya tersebut sangat sayang kepada anak muda tersebut.



Dan Nabi Khidir melalui ilmunya mengetahui bahawa anak tersebut nantinya akan menjadi kafir, yang menyeret kedua orang tuanya yang soleh kepada kekafiran." Itulah sebabnya anak itu saya bunuh" Kata Nabi Khidir kepada Nabi Musa.


Untuk membuktikan kepada Nabi Musa a.s., kemudian tulangnya anak tersebut diambil dan dipatahkan oleh Nabi Khidir a.s., lalu disuruh Nabi Musa a.s. untuk membaca tulisan yang ada di tulang itu. Dan oleh Nabi Musa a.s. terbaca apa tulisan yang ada di tulang anak itu yaitu, " KAFARO" (kafir). Anak tersebut nanti kalau dewasa sampai wafatnya akan kafir dan menyeret orang tuanya kepada kekafiran, sebab sangat cintanya kepada anaknya. Maka dari itulah Nabi Khidir a.s. membunuh anak itu agar tidak banyak menyeret kedua orang tuanya berbuat kekafiran dan kemusyrikan.


Surah Al-Kahfi: Ayat 81
"Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapanya."


Khidir a.s. mengungkapkan rahsia menegakkan tembok


Surah Al-Kahfi: Ayat 82
"Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang soleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemahuanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.""


Sebagaimana keterangan terdahulu, di kota Intiqoyah itu ada orang soleh (Ahli Ibadah kepada Allah SWT),namanya KASIKHUN, mempunyai dua orang anak. Anak pertama namanya ASROM dan anak kedua namanya SHORIM. Sewaktu kecil sudah ditinggal wafat kedua orang tuanya, sehingga kedua anak itu menjadi yatim. Dan Kasikhun itu mempunyai peninggalan emas yang dipendam dibawah tembok rumah, dengan harapan ada yang diberi tanggungjawab untuk mengurus harta itu, dengan maksud dari Kasikhun agar anaknya kelak setelah besar simpanan emas itu menjadi penghidupannya, ini dilakukan menjelang maut. Dan orang diberi tanggungjawab adalah orang yang dapat dipercaya. Sedangkan saudara-saudara bapanya itu ada tujuh orang. Lama-kelamaan tembok rumah itu jadi akan roboh, padahal ASROM dan SHORIM masih kecil, maka emasnya akan terlihat dan dijadikan rebutan orang-orang Intiqoyah.


Dari dasar inilah adanya Nabi Khidir membangun kembali tembok yang sudah hampir roboh dan di bawahnya ada harta/emas anak yatim.

No comments:

Post a Comment