23 June 2011

...qAnaaH dan bersyuKur...

mari sama-sama kita ambil pelajaran daripada kisah Nabi Sulaiman a.s. dan Ratu Balqis...insyaAllah...
----------------------------------------------------------------------
Nabi Sulaiman a.s. bercita-cita ingin mendirikan sebuah rumah suci di Syam, untuk dapat dipergunakan sebagai tempat ibadat menyembah Allah dan juga sebagai tanda pengorbanan daripada dirinya sendiri kepada Allah. Tiang-tiang yang tinggi dan besar lalu didirikan, dinding-dinding tembok yang besar dan agung pun berdiri dan tidak lama kemudian, Rumah Suci (Baitul Maqdis), yang dicita-citakan Nabi Sulaiman a.s. itupun jadi kenyataanlah. Yang sampai sekarang masih ada dan tetap ada dan masih tetap bernama Rumah Suci (Baitul Maqdis atau Jerusalem).

Kepada semua manusia yang beriman kepada Allah, diperintahkanNya untuk datang berhaji ke tempat suci itu setiap tahun. Tetapi kerana kemudian, oleh bangsa Israel tempat itu dijadikan tempat menyimpang dari ajaran Allah, maka kepada Nabi Muhammad diperintahkanNya untuk memindahkan tempat suci itu ke Mekah.

Baru saja Nabi Sulaiman a.s. selesai mengerjakan Rumah Suci itu, beliau mula berangkat meninggalkan tempat itu memenuhi nazarnya sebelum mendirikan Rumah Suci itu. Nazar (janji) akan mengembara di sekitar muka bumi untuk melihat dan mengetahui kebesaran Allah yang mencipta bumi ini juga maksudnya.

Mula mula Nabi Sulaiman a.s. menuju ke tanah Yaman, lalu memasuki daerah Sana’. Di daerah ini beliau mengalami kekurangan air. Ke mana juga dicarinya, tidak ada air dijumpai. Ke puncak bukit yang tinggi, di bawah jurang yang dalam, kadang kadang digalinya berupakan sumur yang dalam, namun air tidak ditemuinya. Di saat hampir menemui jalan buntu untuk mendapatkan air, tiba-tiba lalulah terbang melintas di atas kepalanya seekor burung Hud Hud. Burung itu segera dipanggil oleh Nabi Sulaiman a.s. dan kepada burung itu diperintahkannya untuk mencari tempat yang ada airnya dan menunjukkan jalan kepadanya menuju ke tempat itu.

Kerana burung Hud Hud yang diutus itu lama tidak kembali, maka Nabi Sulaiman a.s. menjadi marah dan mengucapkan sumpahnya.

[Surah An Naml : Ayat 20-21]
Dan dia (Sulaiman) memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir.

Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.”

Baru saja Nabi Sulaiman a.s. mengucapkan sumpahnya, burung Hud Hud yang ditunggu-tunggunya itupun datanglah dengan merendahkan kepala dan menggerak-gerakkan ekornya, tanda minta maaf dan minta ampun kepada Nabi Sulaiman a.s. atas kelewatannya itu.

Akhirnya Hud Hud bercerita kepadanya.

[Surah An-Naml : Ayat 22-26]
Maka tidak lama kemudian datanglah hud-hud, lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini,

Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgahsana yang besar.

Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan Allah, sehingga mereka tidak dapat petunjuk,

Agar mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.

Allah, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai ‘Arasy yang besar.”

Nabi Sulaiman a.s. sungguh terkejut mendengar berita ini, tetapi beliau tidak mahu mengejutkan Hud Hud yang telah bercerita itu.

[Surah An-Naml : Ayat 27-28]
Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu(hud-hud) benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.

Pergilah dengan membawa suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.”

Surat itu segera diambilnya dari tangan Nabi Sulaiman a.s., lalu burung itu terbang melayang, menyampaikan surat itu ke alamat yang sudah ditentukan, iaitu kepada Ratu Balqis di negeri Saba. Hud Hud terbang menyusup ke atas mahligai istana Ratu Balqis.

Dengan melalui sebuah jendela, surat itu dijatuhkannya dalam istana itu tepat di hadapan Ratu Balqis sendiri. Surat tersebut jatuh, lalu diambil dan dibaca oleh Ratu Balqis.

[Surah An-Naml : Ayat 29-31]
Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.

Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya isinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Bahawa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”

Baru saja melihat dan membaca surat yang ajaib serta isinya yang mengejutkan itu, Ratu Balqis segera mengumpulkan semua menteri kerajaan, pembesar-pembesar dan ahli-ahli cerdik pandai, untuk bermesyuarat, guna meminta pertimbangan mereka tentang isi surat yang baru di terimanya itu.

[Surah An-Naml : Ayat 32-35]
Berkata dia (Balqis): “Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku ini aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majlisku.”

Mereka menjawab: “Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan juga memiliki keberanian yang sangat dalam peperangan, dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.”

Dia (Balqis) berkata: “Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, nescaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.

Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.”

Khabar ini sebagai jawapan terhadap surat Nabi Sulaiman a.s. itu,dituliskan dalam sebuah surat, lalu diserahkan kepada burungHud Hud itu, untuk disampaikan kepada Nabi Sulaiman a.s..

Untuk menyambut kedatangan delegasi Ratu Balqis itu, Nabi Sulaiman a.s. mengadakan persiapan seperlunya. Nabi Sulaiman a.s. ingin memperlihatkan kegagahan dan keluarbiasaannya. Semua jin dipanggilnya dan diperintahkan untuk mendirikan sebuah istana dari segala macam batu dan perhiasan yang berada di perut bumi di dalam laut. Dalam waktu yang singkat saja, gedung besar, iaitu istana yang terindah yang belum pernah ada tandingannya di muka bumi Allah ini, sekarang menjelma. Dindingnya terbuat dari kaca yang beraneka warna, lantainya daripada emas dan perak, serta pasirnya dari intan dan berlian dan berbagai-bagai batu berharga lainnya. Semua itu dikemukakan dan didirikan oleh segala jin dengan petunjuk Nabi Sulaiman a.s. sendiri.

Delegasi yang ditunggu tunggu itupun datanglah. Kedatangan mereka disambut dengan sambutan yang hormat dan meriah. Alangkah terkejut dan kagumnya mereka melihat kemewahan yang tidak dapat dibayangkan dengan kata-kata itu. Dengan rasa malu, mereka menyerahkan hadiah besar yang dianugerahkan Ratu Balqis kepada Nabi Sulaiman a.s..

[Surah An-Naml : Ayat 36-37]
Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: “Apakah patut kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikanNya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.

Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentera yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi tawanan-tawanan yang hina-dina.”

Delegasi itupun segera kembali mendapatkan Ratu Balqis dan bangsanya, lalu disampaikannya hasil pertemuan dengan Nabi Sulaiman a.s. itu. Mendengar semua itu, dengan perasaan yang tenang, Ratu Balqis berkata: Tidak ada daya dan usaha lain lagi, kecuali kita hanya tunduk dan taat menurut ajaran Sulaiman itu.

Ratu Balqis ingin menghadap sendiri kepada Nabi Sulaiman a.s., serta ia bermaksud akan mengucapkan kalimat iman di hadapan Nabi Sulaiman a.s.. Ratu itupun berangkatlah diiringkan oleh semua pengiring dan pengawalnya. Setelah Nabi Sulaiman a.s. mengetahui akan keberangkatannya itu, maka beliau berkata kepada semua jin.

[Surah An-Naml : Ayat 38-41]
Berkata Sulaiman:”Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgahsananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri?”

Berkata ‘Ifrit yang cerdik dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum  kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.”

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: “Aku akan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencuba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari akan nikmatNya. Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”

Dia (Sulaiman) berkata: “Rubahlah baginya singgahsananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya.”

Akhirnya Ratu Balqis pun datanglah.

[Surah An-Naml : Ayat 42-43]
Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya:”Serupa inikah singgahsanamu?” Dia (Balqis) menjawab: “Seakan-akan singgahsana ini singgahsanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.”

Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya untuk melahirkan keislamannya, kerana sesungguhnya dia (Balqis) dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.

Dalam pada itu Nabi Sulaiman a.s. sudah memerintahkan pula untuk membangun sebuah mahligai yang terbuat dari kaca yang putih bersih.

[Surah An-Naml : Ayat 44]
Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana.” Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.” Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.”

No comments:

Post a Comment