25 June 2011

...hayYa 'aLas SoLah...

solat itu hubungan hamba dengan pencipta-Nya - ALLAH.

[Surah Toha : Ayat 14]
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan yang haq selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingat Aku.

solat adalah syariat/perintah WAJIB dalam segala keadaan (tiada alasan keuzuran) serta ditetapkan waktunya.

[Surah An-Nisa' : Ayat 103]
Maka apabila kamu telah menyelesaikan solatmu, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah solat itu sebagaimana biasa. Sesungguhnya solat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

hikmah solat sebagai benteng kekuatan penghalang melakukan yang dilarangNya (segala perbuatan keji dan mungkar).

[Surah Al-Ankabut : Ayat 45]
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, iaitu Al-Quran dan dirikanlah solat. Sesungguhnya solat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (solat) adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

anjuran solat secara berjemaah (perintah pelaksanaan dalam konteks kekeluargaan) akan memberi kenikmatan/akibat yang baik berupa rezeki yang bermanfaat...insyaAllah

[Surah Toha : Ayat 132]
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan solat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat yang baik itu adalah bagi orang yang bertakwa.

dengan menjaga solat ataupun silah (hubungan) jalinan keluarga, di mana setiap individu mukmin itu adalah bersaudara akan memungkinkan kewujudan rezeki, yang tidak tertakluk kepada yang bersifat material sahaja. rezeki boleh juga diinterpretasikan sebagai apa-apa yang mendatangkan kesejahteraan/nilai tambah buat penerimanya. contohnya - rezeki berupa kesatuan umat rentetan kefahaman yang bermatlamatkan ke arah mengEsakan Allah Yang Satu. inilah rezeki yang amat besar atau akibat yang baik iaitu berupa kemenangan yang diberikan Allah buat mereka yang bertakwa berlandaskan Al-Quran dan Sunnah RasulNya.

oleh itu, bangkitlah!!! hayya 'alas solah!!!
---------------------------------------------------------------------
solat menurut hadis

Raqsul amril Islamu wa 'amuduhus solatu wazirwatu sanamihil jihadu
-Pokok segala urusan adalah Islam, dan tiangnya adalah solat, dan puncaknya adalah jihad.
[HR At-Tirmidzi & Ibnu Majah]

La solata baqdas sub hi hatta tartaf 'as syams, wa la solata baqdal 'asri hatta taghibas syams
-Tidak ada solat setelah solat subuh sampai matahari naik, dan tidak ada solat setelah asar sehingga matahari terbenam.
[HR Al-Bukhari & Muslim]

Solatul jama'ati afdholu min solatil fazzi bisabi 'in wa 'isyhrina darajat
- Solat berjemaah itu lebih utama daripada solat bersendirian dengan 27 darjat.
[HR Al-Bukhari & Muslim]

Solli ko ima fa 'illam tas tatiq fa qaida fa 'illam tas tatiq fa 'alaa janbi
- Solatlah dengan berdiri, jika kamu tidak mampu, solatlah dengan duduk, dan jika kamu tidak sanggup juga, maka solatlah dengan berbaring.
[HR Al-Bukhari]

Sollu kama ro ai tumuni usolli
- Solatlah kamu sebagaimana kamu melihatku mengerjakan solat.
[HR Al-Bukhari]

1. Wuduk
La yakbalullahu solata ahadikum iza ahdasa hatta yatawaddho aa
- Allah tidak akan menerima solat salah seorang di antara kamu jika dia berhadas sehinggalah dia berwuduk.
[HR Al-Bukhari &Muslim]

2. Azan dan pemilihan imam
Fa iza hadhorotis solatu fal yu azzillakum ahadukum wal ya ummakum akbarukum
- Jika telah tiba waktu solat, maka hendaklah salah seorang di antara kamu mengumandangkan azan untuk kamu, dan hendaklah orang yang paling tua di antara kamu yang menjadi imam.
[HR Al-Bukhari & Muslim]

3. Berdoa sesudah azan
Ad daqwatu la tiraddu bainal azani wal iqamati fad 'uu
- Doa antara azan dan iqamat itu tidak akan ditolak. Oleh kerana itu berdoalah.
[HR Ahmad, Abu Dawud & At-Tirmidzi]

4. Lafaz niat (untuk memulai solat)
Innamal 'aqmalu bin niyyati
- Semua amal perbuatan itu bergantung pada niat
[HR Al-Bukhari & Muslim]

5. Takbiratul Ihram
Iza kumta ilas solati fakabbir
- Apabila kamu hendak mengerjakan solat, maka bertakbirlah.
[HR Al-Bukhari & Muslim]

6. Bacaan Al-Fatihah
La solata liman lam yakraq bi Fatihatil kitabi
- Tidak ada solat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah.
[HR Al-Bukhari & Muslim]

7. Rukuk serta tama'ninah
Wa iza rakaqta fa dhoq ro hataika 'alaa ruk bataika wamdud zohraq
- Jika kamu rukuk, letakkanlah kedua tanganmu di atas kedua lututmu dan luruskanlah punggungmu.
[HR Abu Dawud]

Summar kaq hatta tatma'inna ro ki'aa
- Kemudian rukuklah hingga kamu benar-benar tama'ninah dalam rukuk.
[HR Al-Bukhari]

8. Iktidal serta tama'ninah
Summar faq hatta ta'dila ko ima
- Kemudian bangkitlah hingga kamu benar-benar berdiri dengan iktidal (tegak).
[HR Al-Bukhari]

9. Sujud serta tama'ninah
Umirtu an asjuda 'alaa sab'aati aqzumin 'alal jab hati wa aa sharo biyadihi 'alaa anfihi wal yadaini war rukbataini wa atrofil ko damaini
- Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh tulang: di atas dahi (dan baginda mengisyaratkan tangannya ke hidung), dua tangan, dua lutut dan jari kedua-dua kaki.
[HR Al-Bukhari & Muslim]

Summas jud hatta tatma'inna sajida
- Kemudian sujudlah hingga kamu benar-benar tama'ninah dalam sujud.
[HR Al-Bukhari]

Wallahu a'lam...

24 June 2011

...penanGan fitnAH...

Cerminlah sketsa budaya fitnah-memfitnah dek kerana ceteknya ilmu berkait hasad...Astaghfirullah hal 'azim...Jom sama-sama kita teladani kisah Nabi Yusuf a.s....
----------------------------------------------------------------------------
Dikisahkan bahawa Nabi Yusuf ketika kanak-kanak telah dianiaya oleh adik beradiknya yang berlainan ibu. Dia telah ditinggalkan oleh adik beradiknya di dalam telaga ketika masih kanak-kanak. Kepada bapa mereka, Nabi Yaacob diberitahu bahawa Yusuf dibaham serigala.
[Surah Yusuf : Ayat 7-18]
Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada kisah Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya.
Yaitu ketika mereka berkata: " Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya Bunyamin lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita ini adlah satu golongan yang kuat. Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.
Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah yang tak dikenal supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklahkamu menjadi orang-orang yang baik."
Seorang di antara mereka berkata: "Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat."
Mereka berkata: "Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya.
Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia dapat bersenang-senang dan dapat bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya."
Berkata Yaakub: "Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khuatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah daripadanya."
Mereka berkata: " Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan yang kuat, sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi."
Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur lalu mereka masukkan dia, dan di waktu dia sudah dalam sumur Kami wahyukan kepada Yusuf: "Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi."
Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis.
Mereka berkata: "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, Lalu dia dimakan serigala; Dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar."
Mereka datang membawa baju gamisnya yang berlumuran dengan darah palsu. Yaakub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan yang buruk itu; maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Dan Allah sajalah yang dimohon pertolonganNya terhadap apa yang kamu ceritakan."
Nabi Yaakub tahu bahawa apa yang diceritakan kepadanya bukanlah kejadian sebenar, tetapi beliau bersabar dan menyerahkan segala urusan bersabit anaknya itu kepada Allah SWT. 
Maka ditakdirkan Yusuf yang masih kanak-kanak telah diselamatkan oleh sekumpulan peniaga yang singgah di telaga itu, lalu beliau dibawa ke Mesir dan dijual dengan harga yang murah sebagai hamba sahaya kepada seorang pembesar negara.

[Surah Yusuf : Ayat 19-21]
Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata: "Oh, khabar gembira, ini seorang anak muda!" Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.
Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinye: "Berikanlah kepadanya tempat dan layanan yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak." Dan demikian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi Mesir, dan agar Kami ajarkan kepadanya takbir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusanNya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.

Apabila dewasa, Yusuf menjadi seorang pemuda yang sangat kacak. Kekacakannya menyebabkan si isteri pembesar yang memeliharanya sangat berahi terhadapnya. Tidak tertahan lagi, pada suatu hari wanita bernama Zulaikha itu telah menggodanya ketika mereka berduaan dalam rumah.
[Surah Yusuf : Ayat 22-24]
Dan tatkala dia (Yusuf) cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya kepadanya dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini." Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud melakukan perbuatan itu dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud melakukan pula dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda dari Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.
Walaupun Yusuf hampir tergoda, imannya yang kukuh telah menahan dirinya daripada terjerumus ke perlakuan buruk. Yusuf cuba melarikan diri sehingga koyak bajunya di bahagian belakang direntap oleh Zulaikha.

Kejadian itu disedari oleh suami Zulaikha yang kebetulan kembali ke rumahnya ketika Yusuf sedang berlari ke pintu untuk menyelamatkan dirinya. 
[Surah Yusuf : Ayat 25-27]
Dan keduanya berlumba-lumba menuju pintu dan wanita (Zulaikha) itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata: "Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau dihukum dengan azab yang pedih?"
Yusuf berkata: "Dia menggodaku untuk menundukkan diriku kepadanya." Dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: "Jika baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar, dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta.
Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar."
Walaupun Zulaikha berkeras menuduh bahawa kononnya Yusuf yang cuba berbuat jahat terhadapnya, namun bajunya yang koyak di bahagian belakang menjadi bukti mengenai apa yang sebenarnya berlaku. Jika Yusuf yang cuba berbuat jahat, tentulah bajunya koyak di bahagian depan jika Zulaikha melawan.
[Surah Yusuf : Ayat 28-29]
Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: "Sesungguhnya kejadian itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.
Hai Yusuf, berpalinglah dari ini, dan kamu hai isteriku, mohon ampunlah atas dosamu itu, kerana kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah."
Kisah Zulaikha dan Nabi Yusuf itu menjadi bualan hangat khususnya di kalangan wanita bangsawan. 
[Surah Yusuf : Ayat 30-32]
Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya kepadanya, sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata."
Maka tatkala wanita (zulaikha) itu mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau untuk memotong jamuan, kemudian dia berkata kepada Yusuf: "Keluarlah nampakkanlah dirimukepada mereka." Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada keelokan rupanya dan mereka melukai jari tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia."
Wanita (Zulaikha) itu berkata: " Itulah dia orang yang kamu cela aku kerana tertarik kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya kepadaku akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, nescaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina."
Menyedari apa yang berlaku, Yusuf bimbang peristiwa dengan Zulaikha akan berlaku lagi terhadapnya. Lalu beliau berdoa kepada Allah SWT.
[Surah Yusuf : Ayat 33-34]
Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk memenuhi keinginan mereka dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh."
Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya meraka. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Iktibar daripada kisah Nabi Yusuf ini ialah supaya orang-orang beriman bersabar dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT dalam menghadapi apa jua ujian dan masalah dalam kehidupan.

23 June 2011

...qAnaaH dan bersyuKur...

mari sama-sama kita ambil pelajaran daripada kisah Nabi Sulaiman a.s. dan Ratu Balqis...insyaAllah...
----------------------------------------------------------------------
Nabi Sulaiman a.s. bercita-cita ingin mendirikan sebuah rumah suci di Syam, untuk dapat dipergunakan sebagai tempat ibadat menyembah Allah dan juga sebagai tanda pengorbanan daripada dirinya sendiri kepada Allah. Tiang-tiang yang tinggi dan besar lalu didirikan, dinding-dinding tembok yang besar dan agung pun berdiri dan tidak lama kemudian, Rumah Suci (Baitul Maqdis), yang dicita-citakan Nabi Sulaiman a.s. itupun jadi kenyataanlah. Yang sampai sekarang masih ada dan tetap ada dan masih tetap bernama Rumah Suci (Baitul Maqdis atau Jerusalem).

Kepada semua manusia yang beriman kepada Allah, diperintahkanNya untuk datang berhaji ke tempat suci itu setiap tahun. Tetapi kerana kemudian, oleh bangsa Israel tempat itu dijadikan tempat menyimpang dari ajaran Allah, maka kepada Nabi Muhammad diperintahkanNya untuk memindahkan tempat suci itu ke Mekah.

Baru saja Nabi Sulaiman a.s. selesai mengerjakan Rumah Suci itu, beliau mula berangkat meninggalkan tempat itu memenuhi nazarnya sebelum mendirikan Rumah Suci itu. Nazar (janji) akan mengembara di sekitar muka bumi untuk melihat dan mengetahui kebesaran Allah yang mencipta bumi ini juga maksudnya.

Mula mula Nabi Sulaiman a.s. menuju ke tanah Yaman, lalu memasuki daerah Sana’. Di daerah ini beliau mengalami kekurangan air. Ke mana juga dicarinya, tidak ada air dijumpai. Ke puncak bukit yang tinggi, di bawah jurang yang dalam, kadang kadang digalinya berupakan sumur yang dalam, namun air tidak ditemuinya. Di saat hampir menemui jalan buntu untuk mendapatkan air, tiba-tiba lalulah terbang melintas di atas kepalanya seekor burung Hud Hud. Burung itu segera dipanggil oleh Nabi Sulaiman a.s. dan kepada burung itu diperintahkannya untuk mencari tempat yang ada airnya dan menunjukkan jalan kepadanya menuju ke tempat itu.

Kerana burung Hud Hud yang diutus itu lama tidak kembali, maka Nabi Sulaiman a.s. menjadi marah dan mengucapkan sumpahnya.

[Surah An Naml : Ayat 20-21]
Dan dia (Sulaiman) memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir.

Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.”

Baru saja Nabi Sulaiman a.s. mengucapkan sumpahnya, burung Hud Hud yang ditunggu-tunggunya itupun datanglah dengan merendahkan kepala dan menggerak-gerakkan ekornya, tanda minta maaf dan minta ampun kepada Nabi Sulaiman a.s. atas kelewatannya itu.

Akhirnya Hud Hud bercerita kepadanya.

[Surah An-Naml : Ayat 22-26]
Maka tidak lama kemudian datanglah hud-hud, lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini,

Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgahsana yang besar.

Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan Allah, sehingga mereka tidak dapat petunjuk,

Agar mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.

Allah, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai ‘Arasy yang besar.”

Nabi Sulaiman a.s. sungguh terkejut mendengar berita ini, tetapi beliau tidak mahu mengejutkan Hud Hud yang telah bercerita itu.

[Surah An-Naml : Ayat 27-28]
Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu(hud-hud) benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.

Pergilah dengan membawa suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.”

Surat itu segera diambilnya dari tangan Nabi Sulaiman a.s., lalu burung itu terbang melayang, menyampaikan surat itu ke alamat yang sudah ditentukan, iaitu kepada Ratu Balqis di negeri Saba. Hud Hud terbang menyusup ke atas mahligai istana Ratu Balqis.

Dengan melalui sebuah jendela, surat itu dijatuhkannya dalam istana itu tepat di hadapan Ratu Balqis sendiri. Surat tersebut jatuh, lalu diambil dan dibaca oleh Ratu Balqis.

[Surah An-Naml : Ayat 29-31]
Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.

Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya isinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Bahawa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”

Baru saja melihat dan membaca surat yang ajaib serta isinya yang mengejutkan itu, Ratu Balqis segera mengumpulkan semua menteri kerajaan, pembesar-pembesar dan ahli-ahli cerdik pandai, untuk bermesyuarat, guna meminta pertimbangan mereka tentang isi surat yang baru di terimanya itu.

[Surah An-Naml : Ayat 32-35]
Berkata dia (Balqis): “Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku ini aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majlisku.”

Mereka menjawab: “Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan juga memiliki keberanian yang sangat dalam peperangan, dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.”

Dia (Balqis) berkata: “Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, nescaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.

Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.”

Khabar ini sebagai jawapan terhadap surat Nabi Sulaiman a.s. itu,dituliskan dalam sebuah surat, lalu diserahkan kepada burungHud Hud itu, untuk disampaikan kepada Nabi Sulaiman a.s..

Untuk menyambut kedatangan delegasi Ratu Balqis itu, Nabi Sulaiman a.s. mengadakan persiapan seperlunya. Nabi Sulaiman a.s. ingin memperlihatkan kegagahan dan keluarbiasaannya. Semua jin dipanggilnya dan diperintahkan untuk mendirikan sebuah istana dari segala macam batu dan perhiasan yang berada di perut bumi di dalam laut. Dalam waktu yang singkat saja, gedung besar, iaitu istana yang terindah yang belum pernah ada tandingannya di muka bumi Allah ini, sekarang menjelma. Dindingnya terbuat dari kaca yang beraneka warna, lantainya daripada emas dan perak, serta pasirnya dari intan dan berlian dan berbagai-bagai batu berharga lainnya. Semua itu dikemukakan dan didirikan oleh segala jin dengan petunjuk Nabi Sulaiman a.s. sendiri.

Delegasi yang ditunggu tunggu itupun datanglah. Kedatangan mereka disambut dengan sambutan yang hormat dan meriah. Alangkah terkejut dan kagumnya mereka melihat kemewahan yang tidak dapat dibayangkan dengan kata-kata itu. Dengan rasa malu, mereka menyerahkan hadiah besar yang dianugerahkan Ratu Balqis kepada Nabi Sulaiman a.s..

[Surah An-Naml : Ayat 36-37]
Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: “Apakah patut kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikanNya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.

Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentera yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi tawanan-tawanan yang hina-dina.”

Delegasi itupun segera kembali mendapatkan Ratu Balqis dan bangsanya, lalu disampaikannya hasil pertemuan dengan Nabi Sulaiman a.s. itu. Mendengar semua itu, dengan perasaan yang tenang, Ratu Balqis berkata: Tidak ada daya dan usaha lain lagi, kecuali kita hanya tunduk dan taat menurut ajaran Sulaiman itu.

Ratu Balqis ingin menghadap sendiri kepada Nabi Sulaiman a.s., serta ia bermaksud akan mengucapkan kalimat iman di hadapan Nabi Sulaiman a.s.. Ratu itupun berangkatlah diiringkan oleh semua pengiring dan pengawalnya. Setelah Nabi Sulaiman a.s. mengetahui akan keberangkatannya itu, maka beliau berkata kepada semua jin.

[Surah An-Naml : Ayat 38-41]
Berkata Sulaiman:”Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgahsananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri?”

Berkata ‘Ifrit yang cerdik dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum  kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.”

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: “Aku akan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencuba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari akan nikmatNya. Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”

Dia (Sulaiman) berkata: “Rubahlah baginya singgahsananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya.”

Akhirnya Ratu Balqis pun datanglah.

[Surah An-Naml : Ayat 42-43]
Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya:”Serupa inikah singgahsanamu?” Dia (Balqis) menjawab: “Seakan-akan singgahsana ini singgahsanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.”

Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya untuk melahirkan keislamannya, kerana sesungguhnya dia (Balqis) dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.

Dalam pada itu Nabi Sulaiman a.s. sudah memerintahkan pula untuk membangun sebuah mahligai yang terbuat dari kaca yang putih bersih.

[Surah An-Naml : Ayat 44]
Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana.” Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.” Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.”

11 June 2011

...sesuatu bermuLa denGan niat...


niat yang ikhlas semata-mata kerana Allah...insyaAllah :)

ayuh kita ambil pengajaran dari kisah Qabil dan Habil...
----------------------------------------------------------------------------------

Menurut sesetengah ulama, Nabi Adam dan isterinya Hawa dikurniakan Allah dengan anak ramai. Dikatakan mereka mempunyai 120 orang putera puteri. Setiap kali Siti Hawa melahirkan anak pasti akan dikurniakan anak kembar iaitu seorang lelaki dan seorang perempuan. 

Menurut peraturan dan syariat Nabi Adam seperti yang dikehendaki Allah, putera puterinya akan dijodohkan  antara satu sama lain.

Kembar pertama yang dilahirkan oleh Siti Hawa ialah Qabil dan Iklima. Kembar keduanya ialah Habil dan Labuda.

 Adik Qabil iaitu Iklima mempunyai rupa paras yang cantik jelita. Namun, Labuda tidak mempunyai rupa paras yang cantik seperti kakaknya.

Setelah putera puteri baginda meningkat dewasa, Nabi Adam mendapat satu wahyu yang sangat penting dari Allah. Menurut wahyu tersebut Allah memerintahkan Nabi Adam menjodohkan putera puterinya secara berselang-seli. Ini bermakna Qabil mestilah berkahwin dengan Labuda dan Habil pula berkahwin dengan Iklima. 

Setelah menerima wahyu itu Nabi Adam segera memberitahu putera puterinya. Namun puteranya Qabil tidak bersetuju dan terus membantah seraya berkata: 
Ayah! Aku tidak bersetuju dengan keputusan ayah. Akulah yang berhak berkahwin dengan Iklima kerana dia lahir bersama-sama denganku.”

Qabil membantah kerana cemburu terhadap adiknya, Habil. Setelah abangnya diam, Habil pula berkata:
“Ayah, aku serahkan perkara ini kepada Allah jika demikian perintah Allah.” 

Kata-kata Habil ini membuatkan abangnya itu bertambah marah.

Nabi Adam diam mendengarkan kata anaknya itu. Tapi Qabil terus membantah sambil berkata:
Tidak ayah..Aku tetap tidak bersetuju…Kalau ayah meneruskan juga bererti ayah mengasihi Habil dan membenciku.”

Nabi Adam merasa serba salah dalam menghadapi masalah menjodohkan anaknya. 

Setelah berfikir panjang, Nabi Adam pun memberi cadangan:
“Wahai putera-puteraku..Kamu berdualah pergi minta keputusan dari Allah dengan membawa korbanmu masing-masing. Barangsiapa korbannya diterima Allah, maka dialah yang benar.”

Pada keesokan harinya kedua-dua putera Nabi Adam itu segera pergi ke tempat yang Nabi Adam sering sujud kepada Allah. Qabil membawa  sehidang buah-buahan dan tanam-tanamannya yang rosak dan busuk sesuai pekerjaannya sebagai seorang petani. Maka Habil pula membawa seekor kambing yang paling disayanginya sesuai pekerjaannya sebagai pengembala. Kedua-duanya meletakkan korban masing-masing di tempat yang disediakan.

Tidak lama kemudian, turunlah api tanpa asap menyambar korban yang dipersembahkan oleh Habil. Korban Qabil langsung tidak terusik dan berada di tempatnya. Ini bererti korban Habil diterima dan Habillah yang benar dan dialah yang patut  berkahwin dengan Iklima.

Keputusan dari Allah ini tidak juga membuat Qabil berasa puas malah dia semakin geram dan dendam terhadap adiknya.

Di saat inilah Iblis mula menusukkan jarumnya. Iblis mula menghasut Qabil agar membunuh Habil dan menghapuskannya terus dari muka bumi ini.

Dengan  keputusan dari langit yang menerima korban Habil dan menolak korban Qabil maka pudarlah harapan Qabil untuk mempersandingkan Iqlima tidak puas dengan keputusan itu namun tidak ada jalan untuk menyoalkan. Ia menyerah dan memerainya dengan rasa kesal dan marah sambil menaruh dendam terhadap Habil yang akan dibunuh di kala ketiadaan ayahnya.

Ketika Adam hendak berpergian dan meninggalkan rumah beliau mengamanahkan rumahtangga dan keluarga kepada Qabil. Ia berpesan kepadanya agar menjaga baik-baik ibu dan saudara-saudaranya selama ketiadaannya. Ia berpesan pula agar kerukunan keluarga dan ketenangan rumahtangga terpelihara baik-baik jangan sampai terjadi hal-hal yang mengeruhkan suasana atau merosakkan hubungan kekeluargaan yang sudah akrab dan intim.

Qabil menerima pesanan dan amanat ayahnya dengan kesanggupan akan berusaha sekuat tenaga menyelenggarakan amanat ayahnya dengan sebaik-baiknya dan sempurna berpergiannya akan mendapat segala sesuatu dalam keadaan baik dan menyenangkan.

Demikianlah kata-kata dan janji yang keluar dari mulut Qabil namun dalam hatinya ia berkata bahawa ia telah diberi kesempatan yang baik untuk melaksanakan niat jahatnya dan melepaskan rasa dendamnya dan dengkinya terhadap Habil saudaranya.

Tidak lama setelah Adam meninggalkan keluarganya datanglah Qabil menemui Habil di tempat penternakannya. 

Surah Al-Maidah: Ayat 27-29
"Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil):"Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima korban dari orang-orang yang bertakwa."


"Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam."


"Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan membawa dosa membunuhku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim.""

Nasihat dan kata-kata mutiara Habil itu didengar oleh Qabil namun masuk telinga kanan keluar telinga kiri dan sekali-kali tidak sampai menyentuh lubuk hatinya yang penuh rasa dengki, dendam dan iri hati sehingga tidak ada tempat lagi bagi rasa damai, cinta dan kasih sayang kepada saudara sekandungnya. 

Qabil yang dikendalikan oleh Iblis tidak diberinya kesempatan untuk menoleh ke belakang mempertimbangkan kembali tindakan jahat yang dirancangkan terhadap saudaranya, bahkan bila api dendam dan dengki di dalam dadanya mulai akan padam dikipasinya kembali oleh Iblis agar tetap menyala-yala dan ketika Qabil bingung tidak tahu bagaimana ia harus membunuh Habil saudaranya, menjelmalah Iblis dengan seekor burung yang dipukul kepalanya dengan batu sampai mati. Contoh yang diberikan oleh Iblis itu diterapkannya atas diri Habil di kala ia tidur dengan nyenyaknya dan jatuhlah Habil sebagai korban keganasan saudara kandungnya sendiri dan sebagai korban pembunuhan pertama dalam sejarah manusia.

Surah Al-Maidah: Ayat 30
"Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi."

Qabil merasa gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya. Dia tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan tubuh saudaranya yang semakin lama semakin busuk itu. Diletakkannyalah tubuh itu di sebuah peti yang dipikulnya seraya mundar-mundir oleh Qabil dalam keadaan sedih melihat burung-burung sedang berterbangan hendak menyerbu tubuh jenazah Habil yang sudah busuk itu.

Kebingungan dan kesedihan Qabil tidak berlangsung lama kerana ditolong oleh suatu contoh yang diberikan oleh Tuhan kepadanya sebagaimana ia harus menguburkan jenazah saudaranya itu. Allah s.w.t. Yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana, tidak rela melihat mayat hamba-Nya yang soleh dan tidak berdosa itu tersia-sia demikian rupa, maka dipertunjukkanlah kepada Qabil, bagaimana seekor burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu menyodokkan gagak lain yang sudah mati dalam pertarungan, ke dalam lubang yang telah digalinya, dan menutupi kembali dengan tanah. 

Surah Al-Maidah: Ayat 31
"Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Kerana itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal."

Kemudian kembalilah Adam dari perjalanan jauhnya. Ia tidak melihat Habil di antara putera-puterinya yang sedang berkumpul. Bertanyalah ia kepada Qabil: 
"Di manakah Habil berada?Aku tidak melihatnya sejak aku pulang."

Qabil menjawab:
"Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habil yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi."

Melihat sikap yang angkuh dan jawapan yang kasar dari Qabil, Adam dapat meneka bahawa telah terjadi sesuatu ke atas diri Habil, puteranya yang soleh, bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu.

Pada akhirnya terbukti bahawa Habil telah mati dibunuh oleh Qabil sewaktu peninggalannya. Ia sangat sesal di atas perbuatan Qabil yang kejam dan ganas itu di mana rasa persaudaraan, ikatan darah dan hubungan keluarga diketepikan sekadar untuk memenuhi hawa nafsu dan bisikan yang menyesatkan.

Menghadapi musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikurniai kesabaran dan keteguhan iman baginya dan kesedaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya Qabil.

09 June 2011

...sabar daLam menuntut iLmu...

sama-samalah kita mengambil pelajaran berdasarkan kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir...
----------------------------------------------------------------
Nabi Musa a.s. diperintah Allah untuk bertemu Nabi Khidir a.s.

Ketika Nabi Musa a.s. di atas perintah Allah berkhutbah dihadapan 12 suku Bani Israil sebagaimana tertulis di dalam Al-Quran, melalui Surah Al-Baqarah: Ayat 47

"Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmatKu yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan ingatlah pula bahawasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat."


Di tengah-tengah khutbahnya, ada salah seorang yang bertanya kepada Nabi Musa a.s. : " WAHAI NABI MUSA, SIAPAKAH ORANGNYA YANG PALING PANDAI SEKARANG INI?"

Nabi Musa a.s. menjawab," AKULAH ORANG PALING PANDAI DI ATAS BUMI INI."

Dengan pernyataan Nabi Musa inilah, Allah Maha Mendengar siapa yang berkata baik dizahir maupun di dalam hatinya.

Allah langsung menegur Nabi Musa a.s. 



Dengan firmanNya," MUSA, ANAA LI ABDAANI HUWA A'LAMU MINKA…"
ertinya :"Wahai Musa, Aku mempunyai hamba yang lebih pandai dari kamu…"

Seperti dipanah petir di siang hari Nabi Musa mendapat teguran Allah, dan dengan tunduk berkata," Di manakah kami dapat bertemu hambaMu yang lebih pandai dari aku?".

Kemudian Allah menjawab," HambaKu bisa ditemui di suatu tempat yang disebut MAJMA'AL BAHROIN".



Dari sinilah awal pencarian Nabi Musa a.s. untuk bertemu hamba Allah yang lebih pandai daripadanya yang kita kenal dengan nama Nabi Khidir.

Kisah Nabi Musa a.s. berguru kepada Nabi Khidir a.s.

Surah Al-Kahfi: Ayat 54

"Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah."

Nabi Musa a.s. bertanya kepada Tuhannya,"Ya Rabbii, kaifa lii bihii?"
Wahai Tuhanku bagaimanakah caranya aku menemui hambaMu yang lebih pandai dari aku itu…?.

Tuhan pun menjawab," Apabila kamu ingin bertemu hambaKu yang lebih pandai dari kamu maka dia tempatnya ada di Majma'al Bahroin itu adapun caranya yaitu kamu harus pergi ke sana, tetapi bawalah ikan yang telah mati (ikan laut) dan ikan itu kamu tempatkan dalam kepis (tempat ikan) dan jika sampai pada suatu tempat ikan tersebut menghilang dari tempatnya kerana hidup kembali, maka di situlah tempatnya hambaKu yang lebih pandai dari kamu."

Kemudian Nabi Musa melakukan persiapan untuk pergi ke suatu tempat yang belum pernah ia ketahui yang namanya adalah Majma'al Bahroin. Nabi Musa pun pergi ke pasar untuk membeli ikan laut yang akan dijadikan bekal dan petunjuk di mana tempatnya hamba Allah yang lebih pandai darinya. Setelah mendapatkan ikan dan bekal yang cukup maka Nabi Musa a.s. berangkat bersama seorang muridnya yang bernama Yusya. Yusya ditugaskan membawa bekal-bekal untuk perjalanan termasuk ikan yang ada dalam kepis.



Surah Al-Kahfi: Ayat 60
"Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya:"Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.""

Dari ayat itu Nabi Musa a.s. dan Yusya bertekad untuk berjalan meskipun bertahun-tahun melalui pantai.

Dekat pertemuan dua lautan itu ada sebuah batu besar "Shokhro" (kalau batu kecil Hasho, batu sedang Hajarun). Di situ ada sumber air "MAUL HAYAT" - Air yang bila mengenai sesuatu yang telah mati bisa hidup kembali. Inilah perjanjian yang mesti dipegang oleh Nabi Musa a.s. Pesan Allah jika sampai ditempat air yang bila mengenai ikan yang akan dijadikan lauk dan boleh hidup lalu berenang ke laut itulah tandanya Majma'al Bahroin sudah dekat.

Sejak pagi kedua anak manusia itu berjalan tiada hentinya, dibawah terik matahari pun terus dijalaninya demi suatu ketinggian di sisi Allah.

Nabi Musa a.s. pun beristirahat di balik bayangan batu besar Shokhro, dan terlelap tidur. Sedang pemuda Yusya tidak tertidur, ia menjaga Nabi Musa a.s. yang terlelap keletihan keduanya lupa makan bekal yang telah disiapkan. Pada saat Nabi Musa tertidur,Yusya mengalami kejadian ajaib. Ikan yang akan dijadikan lauk itu melompat ke air dan hidup lalu berenang ke tengah lautan.Yusha terpinga-pinga dengan kejadian ini.Yusha pun terlupa untuk menceritakan kejadian aneh ini kepada Nabi Musa a.s., sehingga keduanya terus berjalan kembali sampai jauh. Sampai suatu ketika Nabi Musa a.s teringat akan bekalan makanannya untuk dimakan maka dimintanya bekal yang dibawa olehYusya. Dan Yusya pun menceritakan tentang ikan yang secara aneh melompat ke laut dan berenang, sebagaimana dikhabarkan Allah dalam Al-Quran,



Surah Al-Kahfi: Ayat 61-64
"Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.


Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya:"Bawalah ke mari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih kerana perjalanan kita ini."

Muridnya menjawab,"Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali."


Musa berkata," Itulah tempat yang kita cari". Lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula."



Pertemuan Nabi Musa a.s. dengan Nabi Khidir a.s.

Surah Al-Kahfi: Ayat 65

"Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami."

Setelah Nabi Musa a.s. bersama Yusya berjalan menyusuri tapak kaki mereka akhirnya sampai kembali ke tempat batu besar Shokhro yang di dekatnya ada sumber air kehidupan (Maul Hayat) dan di dekat batu itu telah ada seorang hamba Allah yang dijanjikan bertemu dengan Nabi Musa a.s.


Padahal pada kali yang pertama datang d itempat itu bahkan sampai tertidur lama di tempat itu tidak melihat hamba Allah tersebut.

Orang itu adalah Bunya putra Malkan bin Amir. Amir putera dari Sholikh putera Arfakhsyad putera dari Syam bin Nabi Nuh a.s.. Bunya bin Malkan ini pada akhirnya dikenal oleh kita namanya Nabi Khidir, meskipun Al-Quran hanya menyebut secara umum " HambaKU diantara hambaKu yang telah mendapat RAHMAT khusus dan diajari Ilmu Allah langsung."

Setelah Nabi Musa a.s. bertemu dengan Bunya maka Nabi Musa menyampaikan salam,Nabi Musa berkata," Saya ini Musa". Bunya kembali menegaskan," Apakah kau Musa bani Israil…?" Musa jawab," Ya, saya Musa bani Israil…" Bunya bertanya lagi," Musa ?, Bukankah kamu itu orang yang di Bani Israil orang sangat sibuk mengurus umat yang begitu banyak ? mengapa sampai disini ?"


Musa menjawab,"Wahai hamba Allah, memang aku datang ke tempat kamu ini diperintah Tuhanku untuk menemui kamu. Kerana sesungguhnya Tuhanku menyuruh aku belajar Ilmu daripada kamu".

Setelah Musa berkata begitu, ada seekor burung menyahut air di lautan, lalu air itu menitis di hadapan Nabi Musa dan Bunya. Dan Bunya pun berkata, " Musa,…ilmu saya dan ilmu kamu serta ilmu seluruh manusia di bumi ini dari awal sampai akhir itu hanyalah seperti setitis air yang jatuh di hadapan kita dari burung tadi dibanding dengan air lautan yang terbentang di muka bumi ini. Dan kamu Musa bukankah pernah berkata bahwa INNAKA A'LAMU AHLAL ARDLI "Aku ini lebih pandai dari semua manusia di bumi.""


Mendengar perkataan yang tajam seperti di atas Nabi Musa a.s terdiam saja, karena dalam hatinya mengiyakan bahawa dirinya pernah berkata begitu,yang dengan itulah membuat Allah menyuruhnya belajar kepada Bunya di tempat ini.

Setelah Nabi Musa merasa yakin dengan orang yang ada dihadapannya adalah orang di maksud oleh Tuhannya maka Nabi Musa pun memohon keredhaan kepada Bunya untuk berguru kepadanya.



Surah Al-Kahfi: Ayat 66-69

"Musa berkata kepada Khidir: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"

Dia menjawab:"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.

Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"

Musa berkata:"InsyaAllah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun.""


Kemudian Nabi Musa bertanya, " Kalau aku sanggup mengikuti kamu, apakah persyaratannya ?"


Surah Al-Kahfi: Ayat 70
"Dia (Khidir) berkata:"Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.""


Perjalanan Nabi Musa bersama Hamba Allah yang bergelar Khidir

Maka setelah Nabi Musa sepakat dengan Bunya kedua-duanya pun berjalan menuju ke tepi laut. Sedang Yusya tidak ikut bersama Nabi Musa a.s. dan Nabi Khidir a.s..

Nabi Khidir membocorkan perahu

Keduanya naik kedalam perahu, yang kebetulan waktu itu ada perahu yang baru dan kuat sedang lewat, menyeberangkan orang-orang antara Lautan Asin ke Lautan Tawar, antara Lautan Persia ke Lautan Romawi. Rupanya pengemudi/nakhoda perahu itu mengetahui bahawa terlihat olehnya kedua orang Musa dan Bunya adalah orang-orang bijaksana, maka tidak perlu membayar wang perahu. Ketika kedua orang itu dipersilakan masuk dan duduk kemudian di hdalam perahu Bunya berkata kepada Musa dengan perkataannya, " Musa apakah kamu mau saya beritahu cerita tentang kata-kata hati kamu sekarang?" Musa menjawab, "Ya…" Kemudian Bunya alias Nabi Khidir berkata,"Hati kamu itu menggerutu dengan berkata,' Bahawa saya di Bani Israil tidak seperti ini, saya setiap hari pagi siang dan petang menghadapi ummatku dan saya diikuti,ditaati mereka. Setiap hari saya membaca kitab Taurat." Kemudian Nabi Musa berkata, " Ya, itulah apa yang saya katakan dalam hatiku". Demikian Nabi Khidir dianugerahi Allah boleh membaca/mendengar pembicaraan hati orang lain. 

Di tengah-tengah pelayaran naik perahu tanpa bayaran itu Nabi Khidir a.s. mengambil kapak dan papan kayu perahu dikapak sehingga airnya masuk ke dalam perahu.

Mengetahui hal itu Nabi Musa a.s. kehairanan  sekali dan berkata dalam hatinya, "Naik perahu sudah tidak membayar, mestinya bersyukur malah tangannya dibuat merusak perahu. Kalau perahu ini jadi satu-satu nya sumber pencaharian sipemiliknya kan jadi menyusahkan dan orang-orang yang dalam perahu itu bisa tenggelam semua. 



Surah Al-Kahfi: Ayat 71-73

"Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir melubanginya. Musa berkata:"Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar."

Dia (Khidir) berkata:"Bukankah aku telah berkata:"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku?""

Musa berkata:"Janganlah kamu menghukum aku kerana kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.""


Perbuatan ganjil kedua yang dilihat Nabi Musa a.s.


Dan permohonan Nabi Musa a.s pun dikabulkan atas pelanggaran persyaratan utama jika seseorang hendak belajar Ilmu khusus, yakni mesti bersabar untuk tidak bertanya jika mendapati sesuatu yang di luar hukum biasa.

Setelah turun dari kapal, Nabi Musa a.s. dan Nabi Khidir a.s keduanya berjalan sampai pada suatu kampung namanya AILAH,lalu dikampung itu Nabi Khidir a.s. dan Nabi Musa a.s. bertemu dengan seorang anak laki-laki kecil yang sedang bermain. Anak laki-laki kecil ini sedang bermain dengan 10 anak lainnya.


Di antara sepuluh anak itu ada seorang anak laki-laki yang kacak rupawan yang namanya diketahui adalah "KHASNUD" bapaknya bernama MALASUN dan ibunya bernama RAHMATUN. Anak kecil itu ketika sedang bermain dipegang dan dibunuhnya oleh Nabi Khidir a.s..

Nabi Musa a.s., yang telah faham hukum syariat/lahir pun sangat terkejut dan menahan diri untuk bertanya dengan lisannya dan berkata dalam hatinya, " Anak kecil yang belum punya dosa, belum baligh dibunuh?".

Begitulah di dalam batin Nabi Musa a.s. terjadi pertentangan hebat dengan apa yang selama ini dia ketahui, akhirnya Nabi Musa pun tidak bisa menahan suara batinnya. 



Surah Al-Kahfi: Ayat 74-75

"Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa berkata:"Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan kerana dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar."

Khidir berkata:"Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahawa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?""


Demikian Nabi Musa baru tersedar bahawa ia telah melanggar aturan belajar Ilmu Khusus.


Surah Al-Kahfi: Ayat 76
"Musa berkata:"Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah kali ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku.""


Dan Nabi Khidir masih memaafkan Nabi Musa dan memberikan kesempatan satu kali lagi sesuai permintaan Nabi Musa a.s..

Dan perjalananpun dilanjutkan ke kampung yang lain. Nabi Musa a.s. terus mengingat-ingat akan persyaratan belajar Ilmu pada Nabi Khidir a.s. dan dia tinggal punya satu kesempatan lagi.



Nabi Khidir menegakkan tembok yang hampir roboh

Kejadian ketiga ini dikisahkan setelah kedua hamba Allah itu berjalan sampai suatu kota yang diketahui bernama INTIQOYAH(dalam Qur'an disebut ATAYAA)

Ketika memasuki kota Intiqoyah Nabi Musa a.s. dan Nabi Khidir a.s. mendapati warga kota sedang menghidangkan makanan kepada para keluarganya. Padahal Nabi Musa a.s. dan Nabi Khidir a.s. habis berjalan jauh seharian dalam kondisi letih, lesu dan lapar dan lagi bekalan makanan telah habis selama perjalanan sebelumnya. Lalu Nabi Khidir mengajak Nabi Musa a.s. bertamu dan ternyata tak ada satupun warga kota yang menerimanya, ditolak. Tak ada warga kota yang mau ditamui.

Akhirnya kedua hamba Allah itu berjalan terus dari rumah ke rumah dan sampailah keduanya bertambah letih dan lesu maka keduanya istirahat di bawah bayangan tembok suatu rumah, di mana tinggi tembok itu 30 dziya' dan panjangnya 500 dziya' kondisinya sudah akan roboh.


Lalu Nabi Khidir a.s. mengajak Nabi Musa a.s. untuk menegakkan tembok yang akan roboh tersebut. Ketika Nabi Khidir a.s. mengajak Nabi Musa a.s. untuk menegakkan tembok itu, Nabi Musa berkata, " Semua warga kota ini menolak ditamui dan tidak memberi makanan pada kita, tidak berperikemanusiaan, tetapi mengapa temboknya orang-orang yang demikian akan ditegakkan pada kita dalam kondisi haus, lapar dan sangat letih. Kalau menegakkan dan diberi upah tidak apa-apa,bisa untuk menghilangkan lapar dan haus. Mestinya orang-orang warga kota yang seperti itu tidak perlu kita berbuat baik pada mereka,apa perlunya menegakkan tembok, sedang orang-orangnya sangat tega terhadap kita".




Surah Al-Kahfi: Ayat 77
"Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah  yang hampir roboh, maka Khidir menegakkan dinding itu. Musa berkata:"Jikalau kamu mau, nescaya kamu mengambil upah untuk itu.""

Mendengar perkataan Nabi Musa a.s. yang demikian Nabi Khidir tetap bekerja di atas rasa haus yang sangat dan lapar yang sangat lapar pula.



Nabi Khidir mengungkap rahsia di sebalik 3 peristiwa



Surah Al-Kahfi: Ayat 78
"Khidir berkata:"Inilah perpisahan antara aku dengan kamu;Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya."

Demikian pula Nabi Musa a.s. sangat sedar atas kesalahannya itu yang telah tanpa disedari berlaku tiga kali. Nabi Musa a.s. sangat cukup mendapat pelajaran dari perjalanan ini.

Kemudian Nabi Khidir a.s, mengungkapkan rahsia yang terkandung dalam peristiwa yang telah terjadi itu.


Surah Al-Kahfi: Ayat 79
"Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merosakkan bahtera itu, kerana di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera."


Sesungguhnya bahtera yang dirosak Nabi Khidir a.s. itu bukanlah kepunyaan orang satu, melainkan milik orang-orang miskin yang lebih dari satu yaitu 10 orang. Dan perahu itu merupakan warisan dari orang tuanya serta hanya itu kepunyaan satu-satunya sebagai sumber mata pencarian 10 orang bersaudara, yaitu hasil menyeberangkan orang dengan perahu itu. Adapun dari sepuluh orang bersaudara yang dapat bekerja hanya lima orang, dan yang lima orang lagi tidak dapat bekerja,sebab yang lima orang itu dalam keadaan cacat anggota.


Rahsia di sebalik periatiwa Nabi Khidir membunuh seorang anak


Surah Al-Kahfi: Ayat 80
"Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khuatir bahawa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran."

Anak muda yang dibunuh Nabi Khidir As atas perintah Tuhan (yang ia terima secara ghaib) adalah KHASNUD. Kampung di mana Nabi Khidir membunuh seorang anak muda adalah Kampung AILAH. Adapun nama bapanya anak itu adalah MALASUN dan ibunya bernama ROHMAH.


Bapanya seorang yang soleh dan ibunya juga seorang yang Solehah. Anak muda itu pekerjaan setiap malamnya adalah mencuri. Dan ketika hari telah pagi ditanya bapa atau ibunya ia menjawab," Sesungguhnya setiap malam saya ada di sini, bapak,ibu." Anak muda itu mengaku tidak mencuri atau tidak keluar rumah. Namun orang tuanya tersebut sangat sayang kepada anak muda tersebut.



Dan Nabi Khidir melalui ilmunya mengetahui bahawa anak tersebut nantinya akan menjadi kafir, yang menyeret kedua orang tuanya yang soleh kepada kekafiran." Itulah sebabnya anak itu saya bunuh" Kata Nabi Khidir kepada Nabi Musa.


Untuk membuktikan kepada Nabi Musa a.s., kemudian tulangnya anak tersebut diambil dan dipatahkan oleh Nabi Khidir a.s., lalu disuruh Nabi Musa a.s. untuk membaca tulisan yang ada di tulang itu. Dan oleh Nabi Musa a.s. terbaca apa tulisan yang ada di tulang anak itu yaitu, " KAFARO" (kafir). Anak tersebut nanti kalau dewasa sampai wafatnya akan kafir dan menyeret orang tuanya kepada kekafiran, sebab sangat cintanya kepada anaknya. Maka dari itulah Nabi Khidir a.s. membunuh anak itu agar tidak banyak menyeret kedua orang tuanya berbuat kekafiran dan kemusyrikan.


Surah Al-Kahfi: Ayat 81
"Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapanya."


Khidir a.s. mengungkapkan rahsia menegakkan tembok


Surah Al-Kahfi: Ayat 82
"Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang soleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemahuanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.""


Sebagaimana keterangan terdahulu, di kota Intiqoyah itu ada orang soleh (Ahli Ibadah kepada Allah SWT),namanya KASIKHUN, mempunyai dua orang anak. Anak pertama namanya ASROM dan anak kedua namanya SHORIM. Sewaktu kecil sudah ditinggal wafat kedua orang tuanya, sehingga kedua anak itu menjadi yatim. Dan Kasikhun itu mempunyai peninggalan emas yang dipendam dibawah tembok rumah, dengan harapan ada yang diberi tanggungjawab untuk mengurus harta itu, dengan maksud dari Kasikhun agar anaknya kelak setelah besar simpanan emas itu menjadi penghidupannya, ini dilakukan menjelang maut. Dan orang diberi tanggungjawab adalah orang yang dapat dipercaya. Sedangkan saudara-saudara bapanya itu ada tujuh orang. Lama-kelamaan tembok rumah itu jadi akan roboh, padahal ASROM dan SHORIM masih kecil, maka emasnya akan terlihat dan dijadikan rebutan orang-orang Intiqoyah.


Dari dasar inilah adanya Nabi Khidir membangun kembali tembok yang sudah hampir roboh dan di bawahnya ada harta/emas anak yatim.